Di saat jiwa kesenangan dan fair play yang ditumbuhkan oleh para sesepuh di dunia Rock Climbing masih sangat hidup sampai sekarang, kekuatan perubahan dalam dunia ini juga semakin meningkat. Para pemanjat modern semakin kompetitif dan berdedikasi. Standar yang meningkat, diikuti juga oleh level komersialisasi yang semakin menguat, membuat para pemanjat itu serius dalam pencapaiannya.
Menuju top level, dengan latihan dan persiapan yang serius, seperti layaknya seorang atlit Olimpiade. Munculnya sponsor dan kompetisi dengan prize money yang memungkinkan para pemanjat meraih kehidupan yang layak dan nyaman. Bukan sekedar hobi, tapi sudah ke tahap obsesi.
Rock Climbing telah berkembang menjadi beberapa termin seperti sport climbing, big wall climbing, aid climbing, free climbing, free soloing sampai ke bouldering. Berbeda etika, gaya bahkan sikap dalam berlatih dan persiapannya pun bisa berbeda. Berikut overview dari beberapa termin tersebut.
Traditional Climbing
Terpusat pada pemanjatan sebuah rute menggunakan leader-placer protection, yang akan diambil atau disingkirkan oleh pemanjat kedua setelahnya. Dan pemanjatan ini tanpa ada pre-inspeksi untuk rute terlebih dahulu.
Sport Climbing
Jenis pemanjatan yang menggunakan bolt sebagai bentuk perlindungan yang utama. Memungkinkan pemanjat untuk lebih berkonsentrasi pada teknik dan gerakan yang sulit.
Aid Climbing
Pemanjatan yang dilaksanakan menggunakan pitons, nuts dan perlengkapan lain untuk membantu menambah ketinggian secara langsung. Perlengkapan bisa ditarik atau disangkutkan untuk membantu menambah ketinggian. Biasanya dilatih saat ada waktu yang singkat atau rute terlalu sulit dipanjat dengan cara yang lebih alami.
Big Wall Climbing
Pemanjatan pada “dinding besar, yang biasanya membutuhkan waktu beberapa hari. Beberapa teknik khusus seperti aid climbing, sack hauling dan tidur di porteledges, semua telah dikembangkan untuk mendukung jenis pemanjatan ini.
Free Climbing
Pemanjatan yang secara alami menggunakan tangan dan pijakan kaki untuk menambah ketinggian. Tali dan alat pelindung lain hanya sebagai pendukung. Berbeda dengan aid climbing yang memanfaatkan perlengkapan untuk menarik atau berdiri sebagai sarana penambah ketinggian.
Free Soloing
Pemanjatan tanpa menggunakan tali ataupun jenis alat pelindung lain. Jatuh saat melakukan soloing dapat berakibat fatal.
Bouldering
Adalah juga bentuk dari soloing,tetapi pemanjat mencapai ketinggian yang tidak lebih dari titik dimana mereka bisa jatuh secara wajar dalam kondisi yang aman. Pada umumnya adalah di ketinggian 3m-5m.
Sistem grade pun sudah diperkenalkan, dan ada setidaknya sepuluh sistem berbeda. Untuk mengkategorikan tingkat kesulitan dari tipe Rock Climbing yang berbeda. Berikut adalah system grading yang umum digunakan di seluruh dunia:
Inggris Raya | US | Australia | Perancis | UIAA |
---|---|---|---|---|
Difficult | 5.3 | 11 | 2 | II |
Very Difficult | 5.4 | 12 | 3 | III |
Severe (4a) | 5.5 | 12/13 | 4 | IV/IV+ |
Hard Severe (4b) | 5.6 | 13/14 | 5 | V- |
Very Severe (4c) | 5.7 | 15 | 5/5+ | V |
Hard Very Severe(5a) | 5.8/9 | 16/17 | 5+ | VI- |
E1* (5b) | 5.10a/b | 18/19 | 6a/6a+ | VI/VI+ |
E2 (5c) | 5.10c/d | 20/12 | 6b/6b+ | VII-/VII |
E3 (6a) | 5.11a/b/c | 22/23/24 | 6c/6c+/7a | VII+/VIII- |
UIAA = Union Internationale des Associations d’Alphinistes * E = Extreme Sangat terbuka kemungkinan bahwa sistem grade di atas akan meningkat secara kontinu, saat orang-orang berusaha untuk melakukan pemanjatan yang lebih sulit.
Sumber: antoxhamid.wordpress.com