Survey membuktikan Indonesia menghasilkan sampah sekitar 66 – 67 juta ton diakhir tahun 2019. Akan tetapi, tahun ini Indonesia menghasilkan 3 ton sampah lebih banyak dari tahun – tahun sebelumnya. Ini membuktikan bahwa kesadaran masyarakat Indonesia terhadap kepedulian linkungan menurun. Hal ini bisa kita lihat di skala yang lebih kecil yaitu lingkungan sekolah.
Bisa kita lihat dari gambar diatas yang merupakan dokumentasi dari lingkungan sekolah kita, masih banyak warga sekolah yang cenderung meremehkan dampak dari sampah plastik pada lingkungan sekitar. Tentu saja sosialisasi secara menyeluruh sangat diperlukan dalam kasus ini. Namun, apakah dengan diadakannya sosialisasi dapat mengatasi kasus ini? Tentu saja tidak, lantas sebagai siswa yang mencintai alam, tindakan apa yang kami lakukan?
Membuat Kompos dengan Metode Fermentasi
Menurut kami, membuat kompos adalah pilihan yang paling tepat. Karena selain efektif dalam menekan jumlah sampah yang terbilang cukup tinggi, kegiatan ini juga dapat menghasilkan uang. Kompos adalah hasil penguraian dari campuran bahan – bahan organik yang dipercepat secara artifisial oleh mikroba dalam lingkungan yang hangat dan lembab. Kompos memiliki beberapa teknik, salah satunya adalah teknik fermentasi.
Teknologi pengolahan bahan organik dengan cara fermentasi (peragian) pertama kali dilakukan di Okinawa, Jepang oleh Professor Dr. Teruo Higa pada tahun 1980. Teknologi ini dikenal dengan teknologi EM (Effective Microorganism). Di Indonesia, kita sudah mengenal proses fermentasi susu menjadi keju dan yogurt, serta masih banyak lagi produk fermentasi hasil kerja mikroorganisme fermentasi yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Teknik kompos fermentasi adalah proses penguraian bahan organik dalam kondisi tertentu oleh mikroorganisme fermentative, kondisi lingkungan yang mendukung proses fermentasi antara lain :
- Derajat keasaman anatara 3 – 4
- Kadar garam dan kandungan gula yang tinggi
- Kadar air sedang antara 30% – 50%
- Kandungan antioksidan dari tanaman rempah dan obat
- Adanya mikroorganisme fermentasi
Berikut ini adalah alat dan bahan serta langkah kerja pengomposan menggunakan teknologi fermentasi :
Alat dan Bahan
- Sekop
- Garpu taman
- Gembor
- Shredder atau blakas (alat manual)
- Rumput kering
- Dedaunan basah dan sisa makanan (sebagai starter mikroorganisme)
- Terpal
- Ayakan
- Air
Langkah Kerja
Tahap I : Pemilahan Sampah
Sampah yang masuk ke lokasi pengomposan dipilah terlebih dahulu untuk mendapatkan bahan organik sebagai bahan baku kompos. Akan tetapi, lebih baik lagi apabila sampah sudah dipilah dari sumbernya (tempat sampah anorganik dan organik) untuk mempermudah pengerjaan. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah, sampah yang akan digunakan harus dalam keadaan segar dan harus segera dilakukan. Bila hal ini tidak dilaksanakan dengan baik, maka pembusukan akan terjadi dan akan timbul bau yang dapat mengganggu lingkungan sekitarnya.
Tahap II : Pemotongan
Untuk mempercepat proses pengomposan, ukuran sampah organik harus diperkecil menjadi beberapa bagian. Hal ini mempercepat kerja dari mikroorganisme. Pemotongan sampah dapat dilakukan dengan alat pencacah (shredder), dan juga dapat dicacah secara manual menggunakan blakas.
Tahap III : Penumpukan Sampah Organik
Sampah organik yang sudah dicacah tersebut ditumpuk membentuk gunung dan disiram air dengan takaran 40% – 50%, lalu ditutup menggunakan terpal. Jika permukaan tanah tidak rata, gunakanlah terpal sebagai alas. Pastikan terpal tertutup rapat dan tidak terkena sinar matahari karena itu akan mempengaruhi suhu dan kelembaban kompos.
Tahap IV : Pemantauan Suhu dan Kelembaban
Pemantauan suhu dan kelembaban dilakukan setiap hari, kompos yang bervolume sedang memiliki suhu optimal 35 – 40°C pada minggu pertama dan akan terus bertambah setiap minggunya. Kelembaban kompos hanya bisa dipastikan dengan cara visual, kompos yang baik memiliki kelembaban yang pas dan tidak becek.
Tahap V : Pengadukan dan Pencampuran Kompos
Pengadukan dan pecampuran kompos dilakukan tiap 3 hari sekali, tahap ini dilakukan agar suhu kompos merata dan mikroorganisme dalam kompos tersebar secara merata. Dalam tahap ini, bisa ditambahkan bahan bahan yang akan digunakan sebagai makanan mikroorganisme pada kompos, bahan ini dapat berupa makanan sisa atau dedaunan basah.
Tahap VI : Pendinginan Kompos
Untuk memastikan dan menjamin kompos sudah siap pakai maka diperlukan tahap pendinginan ini. Pendinginan ini ditandai dengan rata rata suhu tumpukan semakin menurun dan stabil mendekati suhu ruangan (27 – 30°C), bahan telah lapuk dan menyerupai tanah dengan warna coklat kehitaman.
Tahap VII : Pengemasan
Setelah kompos dipastikan sudah layak pakai, maka kompos siap dipasarkan. Untuk itu kompos perlu dikemas agar bisa dipasarkan. Untuk mendapatkan butiran kompos yang diinginkan, maka kompos tersebut harus disaring/diayak memakai saringan kawat
Add Line Official Account : @qiq6325s Via WA: +6281236868948 (Arya Purbawa) to order or want to know more informartion about our Sispala Bhuana Yasa Compost
Sumber:
Permana, Erric. 2019. Indonesia hasilkan 67 juta ton sampah pada 2019. https://www.aa.com.tr/id/headline-hari/indonesia-hasilkan-67-juta-ton-sampah-pada-2019/1373712 (diakses pada 22 Mei 2020)
Caca, Rosa. 2020. Pemerintah: Sudah Pedulikah Terhadap Masalah Sampah Plastik?https://www.suara.com/yoursay/2020/01/16/142453/pemerintah-sudah-pedulikah-terhadap-masalah-sampah-plastik (diakses pada 22 Mei 2020 )
Mantap, Jika ada kutipan, bisa tambahkan sumbernya di bagian bawah. Ditunggu artikel-artikel selanjutnya.
masukin mikroorganismenya kok ga ada?
Seperti yang diketahui mikroorganisme sebenarnya sudah ada pada bahan baku pembuatan kompos seperti dedaunan dll jadi tidak perlu menggunakan EM-4,memotong bahan menjadi kecil untuk mempermudah penguraian dan menyesuaikannya dengan suhu yang dibutuhkan mikroorganisme, dengan begitu mikroorganisme yang sudah ada dapat hidup dan berkembang dengan baik
(Add Official Account : @qiq6325s) ini account IG/Twitter atau lainnya? Kalau memang bisa dijual lebih baik judulnya dibuat lebih menarik, seperti “Dari Sampah menjadi Rupiah”
“Dari sampah menjadi rupiah” sudah menjadi pertimbangan dalam memilih judul yang menarik, namun ide/konsep yang dibuat awalnya adalah memberi manfaat serta perubahan yang besar kepada warga sekolah, mulai dari menyadari bahayanya sampah plastik sampai penyakit yang ditimbulkannya
Rizky,
kakak apresiasi Rizky telah memberikan argumen terhadap komen kakak tentang pemilihan judul. Setelah kakak baca 2/3 bagian dari artikel menjelaskan tentang proses pengomposan dan cara membuat kompos.
Pemilihan judul seperti “Judul Perintah” tetapi tidak ada pola kalimat perintah (pola ps) dalam judul. Makanya kakak menyarankan judulnya bermain rima (aaa,abab) seperti “Dari Sampah menjadi Rupiah” atau “Dari Sampah menjadi Berkah”
Jikapun tetap dalam bentuk judul perintah ubah pola menjadi ps, seperti “Cara Mengolah Sampah menjadi Bermanfaat!”
Tetap terus belajar dan berkarya.
EM-4 itu bukan hanya untuk pengurai, tapi juga menambah unsur hara sehingga kompos akan lebih bagus jika diaplikasikan langsung ketanaman…
Penulisannya mantap ada data dan juga motivasinya, ditunggu tulisan selanjutnya!
Terimakasih kak, sangat memotivasi
wah.. ternyata gak perlu syarat buat komen
Tentu aja elu ngak usah banyak pake syarat, kayak surat keterangan kerja cuman buat komen.
Typo nama, takutnya diciduk sama yang bersangkutan wkwk
Ralat: 0432
Komentar yang sangat memotivasi kak arya. Mohon bimbingan dari 23 yang lain
Terimakasih kak atas sarannya, sangat memotivasi
Wah artikel bangus kak, sangat bermanfaat